Berbagi itu Indah, Walau Dikau Tak Menghargainya.......

Saturday 14 November 2020

Kisah Mengharukan, Kemuliaan dan Kecerdasan Seorang Nenek

Diceritakan dari 'Abbas r.a, dan ia adalah termasuk bangsawan yang murah hati dan dermawan:

Pada suatu hari, pada saat ia kembali dari Syam menuju Hijaz, ia istirahat sejenak di sebuah tempat, kemudian ia meminta pelayannya mengambilkan makanan. Namun mereka tidak mendapatkannya karena kehabisan. 'Abbas berkata kepada salah seorang dari mereka:

"Carilah di tempat ini, barangkali engkau menemukan seorang penggembala atau seseorang yang membawa susu atau makanan."

Bersama pelayan yang lain, ia pergi. Di daerah tersebut, ia bertemu dengan seorang nenek. lalu mereka menyapa:

"Apakah engkau mempunyai makanan yang bisa kami beli..??"

"Makanan yang dijual, kalian tidak akan menemukannya. Aku hanya mempunyai makanan untukku dan anak-anakku," jawab nenek itu.

"Di mana anak-anakmu?" tanya para pelayan.

"Mereka di rumah. Ini adalah bejana makanan yang akan aku berikan kepada mereka," ucap si nenek.

"Apa yang kamu persiapkan untuk dirimu dan anak-anakmu..??"  tanya para pelayan.

"Roti tawar yang aku panggang dengan arang panas," jawab si nenek.

"Apakah ada makanan lain selain itu..??" tanya para pelayan lagi.

"Tidak ada sama sekali," jawab si nenek.

"Berikanlah sebagian makanan itu kepada kami," pinta para pelayan.

"Bila setengah aku tidak akan memberikannya. Akan tetapi bila semuanya, maka ambillah!" kata si nenek.

"Bagaimana engkau enggan memberikan setengah, namun malah memberikan permintaan seluruhnya..??" tanya para pelayan.

"Benar, sebab pemberian setengah hanyalah suatu kekurangan, dan pemberian keseluruhan adalah kesempurnaan dan kelebihan. Maka aku mencegah sesuatu yang menjatuhkanku, dan memberikan sesuatu yang mengangkatku," jelas si nenek.



Mereka mengambil makanan itu dari si nenek. Sementara si nenek sama sekali tidak menanyakan siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Ketika mereka sampai kepada 'Abdullah dan menceritakan kisahnya bersama nenek tersebut, 'Abdullah takjub dengan sikapnya dan berkata:

"Bawalah dia kemari sebentar saja!"

Mereka kembali ke tempat nenek tersebut, dan berkata:

"Nek, ikutlah bersama kami kepada Tuan kami, sebab ia hendak bertemu denganmu."

"Siapa Tuan kalian..??" tanya si nenek.

"'Abdullah bin 'Abbas," ungkap mereka.

"Aku tidak mengenal nama ini, dan siapa 'Abbas..??" Kata si nenek.

"Dia adalah paman Rasulullah ﷺ," jawab para pelayan.

"Demi orang tua kalian, dia adalah orang mulia yang luhur dan sangat tinggi derajatnya. Apa yang dikehendakinya dariku..??" tanya si nenek.

"Ia ingin memenuhi segala kebutuhanmu," jawab para pelayan.

"Pergilah, demi Allah, seandainya apa yang aku lakukan diketahui, maka aku tidak akan memperoleh penggantinya. Bagaimana mungkin aku mengambil ganti, sebab itu adalah sesuatu yang wajib ditunaikan oleh semua orang, antara yang satu kepada yang lain!" kata si nenek.

Mereka terus merayu si nenek, dan pada akhirnya mereka berhasil membujuk si nenek untuk bertemu dengan 'Abdullah bin 'Abbas. Ketika sampai di hadapan 'Abdullah bin 'Abbas, si nenek menyampaikan salam kepadanya. 'Abdullah bin 'Abbas pun menjawabnya, dan mendekati tempat duduk si nenek, lalu berkata:

"Dari mana engkau Nek..??"

"Aku dari Bani Kalb," jawab si nenek.

"Bagaimana keadaanmu..??" tanya 'Abdullah.

"Aku hidup kekurangan, akan tetapi aku bisa tidur setiap malam. Aku melihat keindahan pada segala sesuatu. Maka tidak ada di dunia ini kecuali telah aku dapatkan."

"Lalu apa yang engkau simpan untuk anakmu ketika mereka datang..??" tanya 'Abdullah bin 'Abbas.

"Aku menyimpan sesuatu yang dikatakan Hatim Thayyi:

Sungguh aku telah bermalam berselimut lesu

Hingga pagi, sampai aku memperoleh makanan pemberian


Ucapan si nenek itu membuat 'Abdullah bin 'Abbas semakin takjub. Kemudian ia berkata:

"Apabila anak-anakmu datang kepadamu, sementara mereka lapar, apa yang akan engkau perbuat..??"

"Wahai Tuan, roti ini sangat banyak, sehingga engkau terlalu banyak bicara, dan itu membuatmu terlampau sibuk. Lupakanlah itu, sebab itu hanya merusak jiwa dan menimbulkan kerendahan."

'Abdullah bin 'Abbas berkata:

"Datangkan kepadaku anak-anaknya."

Para pengawal dan pelayan memanggil anak-anaknya. Sampai di hadapan 'Abdullah bin 'Abbas dan mengetahui keberadaan ibunya, mereka menyampaikan salam.

"Aku tidak menuntut kalian dan ibu kalian akan sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi aku ingin membuat keadaan kalian menjadi lebih baik, dan derita yang kalian alami hilang," kata 'Abdullah bin 'Abbas.

"Ini jarang terjadi, biasanya orang meminta kami bekerja untukmu dalam waktu yang lama," jawab anak-anak si nenek.

"Tidak ada satu pun! Akan tetapi aku mendekati kalian pada malam ini dan hendak memberikan sebagian hartaku kepada kalian."

"Wahai Tuan, kami hidup dalam kesederhanaan dan sedikit rezeki. Berikanlah harta itu kepada orang yang lebih berhak menerimanya. Akan tetapi bila engkau hendak berbuat baik, maka kebaikanmu adalah pekerjaan mulia dan aku terima."

"Ya, aku senang mendengarnya." jawab 'Abdullah.

Kemudian sebanyak sepuluh dirham dan dua puluh unta diberikan kepada mereka. Kepada anak-anaknya, si ibu berkata:

"Sebaiknya kalian membacakan sebuah syair dan aku akan mengikutinya."



Anak tertua berkata:

Aku bersaksi, engkau mempunyai kata-kata yang baik

Perbuatan yang mulia dan kabar gembira


Anak kedua berkata:

Engkau melakukan kebaikan sebelum diminta

Maka itu suatu keagungan, kebesaran, dan kemuliaan hati


Anak ketiga berkata:

Adalah suatu kebenaran bagi orang yang melakukannya

Yaitu memberikan kemurahan hati kepada manusia


Dan si ibu berkata:

Semoga Allah Swt memanjangkan umurmu dalam kemuliaan

Dan menjagamu dari segala kehinaan dan ketakutan


Referensi [Kitab An-Nawadir. Hal. 116_117]


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Blog Archive

Powered by Blogger.

Ikuti Berbagi Aksara di Youtube

Followers