Hari ini adalah hari yang telah
kita dapati. Hari kemarin telah kita lewati. Dan hari esok masih hanya sekedar mimpi. Bisa saja kita akan mengarunginya, atau bahkan sebaliknya, kita akan
tenggelam kedalam alam barzah (alam
kubur), alam yang penuh
dengan huru-hara, alam yang akan diajukan berbagai macam pertanyaan oleh
malaikat, alam yang penuh dengan tangisan (penyesalan).
Hidup di dunia hanyalah sementara, kehidupan akhirat lah yang kekal abadi.
Kehidupan di dunia diibaratkan laksana seorang musafir yang sedang merantau menuju sebuah tempat yang nan jauh, singgah sejenak untuk
melepaskan haus dahaga (lelah).Singgah
sejenak inilah yang diibaratkan sebagai kehidupan dunia, dan tempat
yang nan jauh yang menjadi tujuan musafir diibaratkan sebagai kehidupan akhirat.
Hidup di dunia adalah ladang untuk beramal bagi manusia, yang insyaAllah akan
bermanfaat saat menjalani kehidupan akhirat kelak. Tentunya, amal yang disertai dengan keikhlasan semata-mata
Lillahi Ta’ala, bukan beramal Lil Insan atau Lil ‘pernak-pernik
kekuasaan/kekayaan’.
Manusia telah diciptakan oleh Allah untuk berubudiah (beribadah)
kepada-Nya. Dalam Kamus Kbbi, ibadah diartikan sebagai perbuatan untuk
menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah inilah yang menjadi tujuan pokok penciptaan
manusia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman Allah SWT di surah Adz-Dzaariyaat:56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلّا لِيَعْبُدُوْنَ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” [Adz-Dzaariyaat:
56-58].
Nah, manakala dalam kehidupan sehari-hari kita telah menanam benih-benih
amalan, kita akan memetik hasilnya kelak di akhirat. pastinya dengan amalan-amalan yang disertai oleh ilmu
pengetahuan. Karena amalan yang tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan, hanya
sekedar melihat orang lain mengerjakannya (meniru) tanpa mau belajar, akan sia-sia.
Dan sepatutnya
kita bersedih, manakala amalan kita di dunia ini hanya secuil (sedikit), karena
yang demikaan akan menjadi bumerang tatkala kita berada di alam selanjutnya.
Mendapat musibah di dunia saja kita akan bersedih, menangis, bahkan trauma
berat. Lantas, dengan amalan yang hanya secuil kita hanya berdiam diri?
Mari kita berintrospeksi diri dari sekarang. Jangan menunggu hari esok,
Jangan sampai air mata ini tumpah ruah dengan penuh penyesalan di alam barzah
kelak hanya gara-gara kecerobohan kita disaat di dunia. Mari! (Akhii/ZBA)
Jangan lupa, baca artikel Admin Menyapa: Kita Penulis Terselubung
0 komentar:
Post a Comment