Tugas Akhir Modul 3
PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN
DALAM INGATAN MANUSIA
A.
PENDAHULUAN
Ingatan atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang
melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan banyak dipelajari dalam
psikologi kognitif dan ilmu saraf. Setiap kegiatan sehari-hari yang kita kerjakan
termasuk belajar melibatkan ingatan, baik ingatan yang bersifat eksplisit maupun
implisit. Ingatan dan berpikir termasuk salah satu faktor yang erat hubungannya
dengan proses belajar mengajar. Mengingat adalah salah satu perbuatan menyimpan
hal-hal yang sudah pernah diketahui/dipelajari untuk dikeluarkan dan pada saat
lain digunakan kembali dalam suatu proses atau aktivitas. Jika kita tidak dapat
mengingat apa pun mengenai pengalaman kita maka tidak ada satu hal pun yang
dapat dipelajari.
Pada saat belajar peserta didik menggunakan kemampuan mengingat
untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam
berkomunikasi misalnya, kita tidak dapat melakukan apapun walaupun percakapannya
sangat sederhana karena untuk berkomunikasi kita sangat membutuhkan ingatan
atau memori untuk mengingat apa yang kita ungkapkan dan apa yang baru
disampaikan kepada kita. Tanpa ingatan atau memori, sulit bagi kita untuk
merefleksikan diri karena pemahaman diri tergantung dari kesadaran dan hanya
dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Oleh karena itu, ingatan atau memori sangat
penting dalam berbagai proses yang dialami manusia, termasuk proses belajar.
Pengolahan informasi yang terjadi di dalam sistem koordinasi
disimpan dalam memori berupa sebuah pengalaman belajar. Panca indera selalu
menerima informasi-informasi baru. Sebagian di simpan dalam ingatan kita dalam
waktu yang singkat dan kemudian dilupakan. Dalam ingatan atau memori manusia,
pengorganisasian informasi sangatlah penting supaya mempermudah kegiatan belajar
dan tetap konsisten dalam sistem penyelesaian masalah setiap individu. Tanpa
adanya pengolahan informasi dari pengalaman yang ada maka setiap orang sulit
melaksanakan kegiatan belajar sebab tidak semua informasi yang kita peroleh
dapat tersimpan dalam waktu lama di dalam ingatan.
B.
PEMBAHASAN
1.
Tahapan Pemprosesan Informasi dalam Memori
Dalam suatu kegiatan belajar, setiap
orang menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut dalam memorinya.
Atkinson dan Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model tentang
pemprosesan informasi dalam memori manusia yang menyatakan bahwa informasi
diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan :
1) encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk
mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat diproses dan digunakan oleh otak.
Tahap ini melibatkan alat indera untuk mempersepsi stimulus yang masuk. Dalam
proses ini dibutuhkan perhatian. Seseorang bisa memasukkan pengalamannya baik
secara sengaja atau tidak sengaja. Pengalaman yang sengaja misalnya ilmu
pengetahuan, sedangkan pengalaman yang tidak disengaja misalnya pengalaman yang
terjadi sehari-hari.
2)
Storage, yaitu
menyimpan informasi/pengalaman yang telah dipersepsikan, sehingga suatu saat
dapat ditimbulkan kembali. Individu mempertahankan dan menyimpan
informasi/pengalaman dalam ingatan selama beberapa waktu, hingga sampai saatnya
ditimbulkan kembali.
3)
Retrieval, yaitu
kemampuan menimbulkan kembali informasi/pengalaman yang sudah disimpan dalam
memori sehingga dapat digunakan dalam dalam suatu proses atau aktivitas
sehari-hari. Proses ini dapat dilakukan dengan mengingat kembali (to recall)
atau mengenal kembali (to recognize). Mengingat kembali, individu menimbulkan
kembali apa yang diingat tanpa ada stimulus. Sedangkan mengenal kembali,
individu menimbulkan kembali apa yang diingat dengan kehadiran objeknya. Mengenal
kembali menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mengingat kembali.
2.
Tingkat Pemprosesan Informasi dalam Memori
Informasi akan lebih cepat terlupakan
jika diproses pada tingkat yang dangkal, tapi akan lebih lama diingat jika
diproses pada tingkat yang lebih dalam.
1). Tingkat Pemprosesan Informasi Dangkal
Dalam pemrosesan informasi tingkat
dangkal, informasi yang diterima seseorang didasarkan pada kualitas
tampilan fisik sesuatu hal. Informasi hanya disimpan pada ingatan jangka pendek.
2).
Tingkat pemprosesan Informasi Mendalam
Dalam pemprosesan informasi tingkat yang
lebih dalam, informasi yang diterima oleh seseorang didasarkan pada pemahaman terhadap arti
dari sebuah kata dan makna dari kata yang diucapkan. Informasi pada tingkat ini
akan disimpan pada ingatan jangka panjang. Tingkat pemprosesan informasi
mendalam juga membantu proses recall.
3.
Pengorganisasian Informasi/ Pengetahuan dalam Ingatan Manusia
Pengolahan informasi mengandung
pengertian bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan
mengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya dari lingkungan. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa
pengolahan informasi sebagai bentuk respon individu terhadap informasi yang diberikan
oleh lingkungan disekitarnya.
Pengetahuan yang lebih umum dan abstrak
yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan
pengetahuan baru yang lebih rinci.
Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari
keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence
menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
Kita dapat mencatat bahwa karakteristik
penting dari proses belajar manusia dan pengorganisasian memori. Pendekatan
kognitif untuk belajar memberikan peran penting untuk proses organisasi dan
menekankan peran aktif dari peserta didik. Pelajar aktif dipandang sebagai
pengolahan informasi yang akan dipelajari, bukan hanya pasif mendaftarkan
informasi. Pendekatan organisasi untuk belajar dan memori mengasumsikan bahwa
kita mencoba untuk mengorganisir informasi ke dalam beberapa pola yang
bermakna, dan merancang strategi, rencana dan merumuskan hipotesis tentang
informasi yang dikodekan dan strored dalam memori. Informasi yang
disimpan dalam memori jangka
panjang diasumsikan sangat terorganisir untuk memanfaatkan kapasitas penyimpanan
yang tersedia dan membantu dalam pencarian dan pengambilan informasi.
Akibatnya, informasi yang masuk biasanya hati-hati mengatur kembali sehingga
informasi baru yang terintegrasi dan dibuat kompatibel dengan organisasi yang
ada di memori jangka panjang.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku
siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi dengan adanya keinginan siswa mempelajari sesuatu yang
ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan
alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Ketika individu belajar, berlangsung proses mengingat untuk menyimpan informasi ke dalam long- term memory (materi memory/ingatan) dan strategi umum pemecahan
masalah (materi kreativitas).
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai
dalam memori kerja disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk
skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam pemprosesan informasi dalam memori
kerja berfokus pada bagaimana
pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi
terhadap stimulus. faktor stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan
seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi, narasi, warna, musik, serta video. Studi tentang bagaimana informasi diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam
dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka panjang mengisyaratkan
bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama dalam pendesainan
multimedia instruksional. Dalam konteks
ini, desain pesan multimedia berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian,
pengintegrasian elemen-elemen pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi.
Antara belajar dan pengolahan informasi
adalah dua aspek yang saling melengkapi. Asumsi yang mendasari teori ini adalah
bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses belajar yang dijalankan oleh individu tersebut (peserta didik).
Penerapan teori pengolahan informasi
dalam belajar berasumsi bahwa memori manusia
itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan
mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpanannya untuk di pelajari. Dalam hal ini
individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan suatu penyeleksian, pengorganisasian dan pengubahan terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu
sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif
juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan
belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini menunjukan bahwa dalam
proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang
mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan dicapai dari peserta didik, dalam
hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan
informasi seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa komponen
belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan
penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen dasar
tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah:
a.
Membimbing untuk
menerima stimulus
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang
akan diperhatikannya, ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia
memiliki suatu aplikasi filterasi terhadap stimulus-stimulus yang di
perhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan
memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:
·
Memusatkan perhatian
ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik akan
memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan
dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada
stimulus yang telah ditentukan.
·
Mengenali secara awal stimulus
dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu
bagaimana individu mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di simpan dan pada
waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini
akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang
sudah tertanam dalam memori manusia.
b.
Memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan
kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki adanya tranformasi
informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat kembali informasi
tersebut. Ada cara yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan
pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk
menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada
memori kerja peserta didik. Cara ini disebut bantuan berbasis
pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit, pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar
asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan di
lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf
atau kata-kata yang berhubungan. Ada cara yang lain yang berfungsi untuk
memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi (pengubahan) yang dihasilkan
peserta didik yang disebut bantuan berbasis peserta didik. Dalam hal ini
peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau melakukan
pengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk
diingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali).
c.
Memperlancar penyimpanan dan retrival
Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting
karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang
akan datang. Ini dapat ditujukan berupa: irama bunyi,sajak, kata-kata pokok,
citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk
maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis
pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap
informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan
maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1.
pengolahan informasi mengandung pengertian
tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat
sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
2.
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar.
3.
Ada 3 tahapan pemprosesan informasi dalam
memori yaitu, encoding (proses dan penggabungan informasi yang diterima),
storage (penyimpanan), dan retrieval (mengingat kembali informasi yang telah
disimpan).
4.
Terdapat tiga tahapan belajar dalam teori
pengolahan informasi, yaitu Perhatian ke stimulus, Mengkode stimulus,
dan memperlancar penyimpanan dan retrival.
5.
Dengan adanya pengorganisasian informasi atau
pengetahuan akan memudahkan individu untuk menjalani proses pembelajaran secara
maksimal sebagaimana yang
diharapkan.
Terima kasih sudah berkunjung di blog kami. semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment