Berbagi itu Indah, Walau Dikau Tak Menghargainya.......

Saturday 20 July 2019

TUGAS AKHIR MODUL 3


Tugas Akhir Modul 3
PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN
DALAM INGATAN MANUSIA



A.   PENDAHULUAN

Ingatan atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan banyak dipelajari dalam psikologi kognitif dan ilmu saraf. Setiap kegiatan sehari-hari yang kita kerjakan termasuk belajar melibatkan ingatan, baik ingatan yang bersifat eksplisit maupun implisit. Ingatan dan berpikir termasuk salah satu faktor yang erat hubungannya dengan proses belajar mengajar. Mengingat adalah salah satu perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui/dipelajari untuk dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali dalam suatu proses atau aktivitas. Jika kita tidak dapat mengingat apa pun mengenai pengalaman kita maka tidak ada satu hal pun yang dapat dipelajari.
Pada saat belajar peserta didik menggunakan kemampuan mengingat untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam berkomunikasi misalnya, kita tidak dapat melakukan apapun walaupun percakapannya sangat sederhana karena untuk berkomunikasi kita sangat membutuhkan ingatan atau memori untuk mengingat apa yang kita ungkapkan dan apa yang baru disampaikan kepada kita. Tanpa ingatan atau memori, sulit bagi kita untuk merefleksikan diri karena pemahaman diri tergantung dari kesadaran dan hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Oleh karena itu, ingatan atau memori sangat penting dalam berbagai proses yang dialami manusia, termasuk proses belajar.
Pengolahan informasi yang terjadi di dalam sistem koordinasi disimpan dalam memori berupa sebuah pengalaman belajar. Panca indera selalu menerima informasi-informasi baru. Sebagian di simpan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian dilupakan. Dalam ingatan atau memori manusia, pengorganisasian informasi sangatlah penting supaya mempermudah kegiatan belajar dan tetap konsisten dalam sistem penyelesaian masalah setiap individu. Tanpa adanya pengolahan informasi dari pengalaman yang ada maka setiap orang sulit melaksanakan kegiatan belajar sebab tidak semua informasi yang kita peroleh dapat tersimpan dalam waktu lama di dalam ingatan.


B.   PEMBAHASAN
1.    Tahapan Pemprosesan Informasi dalam Memori
Dalam suatu kegiatan belajar, setiap orang menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut dalam memorinya. Atkinson dan Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model tentang pemprosesan informasi dalam memori manusia yang menyatakan bahwa informasi diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan :

     1)    encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat diproses dan digunakan oleh otak. Tahap ini melibatkan alat indera untuk mempersepsi stimulus yang masuk. Dalam proses ini dibutuhkan perhatian. Seseorang bisa memasukkan pengalamannya baik secara sengaja atau tidak sengaja. Pengalaman yang sengaja misalnya ilmu pengetahuan, sedangkan pengalaman yang tidak disengaja misalnya pengalaman yang terjadi sehari-hari.

      2)    Storage, yaitu menyimpan informasi/pengalaman yang telah dipersepsikan, sehingga suatu saat dapat ditimbulkan kembali. Individu mempertahankan dan menyimpan informasi/pengalaman dalam ingatan selama beberapa waktu, hingga sampai saatnya ditimbulkan kembali.  

     3)    Retrieval, yaitu kemampuan menimbulkan kembali informasi/pengalaman yang sudah disimpan dalam memori sehingga dapat digunakan dalam dalam suatu proses atau aktivitas sehari-hari. Proses ini dapat dilakukan dengan mengingat kembali (to recall) atau mengenal kembali (to recognize). Mengingat kembali, individu menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa ada stimulus. Sedangkan mengenal kembali, individu menimbulkan kembali apa yang diingat dengan kehadiran objeknya. Mengenal kembali menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mengingat kembali.
2.    Tingkat Pemprosesan Informasi dalam Memori
Informasi akan lebih cepat terlupakan jika diproses pada tingkat yang dangkal, tapi akan lebih lama diingat jika diproses pada tingkat yang lebih dalam.

1). Tingkat Pemprosesan Informasi Dangkal
Dalam pemrosesan informasi tingkat dangkal, informasi yang diterima seseorang  didasarkan pada kualitas tampilan fisik sesuatu hal. Informasi hanya disimpan pada ingatan jangka pendek.

2).  Tingkat pemprosesan Informasi Mendalam
Dalam pemprosesan informasi tingkat yang lebih dalam, informasi yang diterima oleh seseorang didasarkan pada pemahaman terhadap arti dari sebuah kata dan makna dari kata yang diucapkan. Informasi pada tingkat ini akan disimpan pada ingatan jangka panjang. Tingkat pemprosesan informasi mendalam juga membantu proses recall.

3.    Pengorganisasian Informasi/ Pengetahuan dalam Ingatan Manusia
Pengolahan informasi mengandung pengertian bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya dari lingkungan. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi sebagai bentuk respon individu terhadap informasi yang diberikan oleh lingkungan disekitarnya.
Pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru yang lebih  rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
Kita dapat mencatat bahwa karakteristik penting dari proses belajar manusia dan pengorganisasian memori. Pendekatan kognitif untuk belajar memberikan peran penting untuk proses organisasi dan menekankan peran aktif dari peserta didik. Pelajar aktif dipandang sebagai pengolahan informasi yang akan dipelajari, bukan hanya pasif mendaftarkan informasi. Pendekatan organisasi untuk belajar dan memori mengasumsikan bahwa kita mencoba untuk mengorganisir informasi ke dalam beberapa pola yang bermakna, dan merancang strategi, rencana dan merumuskan hipotesis tentang informasi yang  dikodekan  dan strored dalam  memori. Informasi  yang  disimpan  dalam memori jangka panjang diasumsikan sangat terorganisir untuk memanfaatkan kapasitas penyimpanan yang tersedia dan membantu dalam pencarian dan pengambilan informasi. Akibatnya, informasi yang masuk biasanya hati-hati mengatur kembali sehingga informasi baru yang terintegrasi dan dibuat kompatibel dengan organisasi yang ada di memori jangka panjang.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi dengan adanya keinginan siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Ketika individu belajar, berlangsung proses mengingat untuk menyimpan informasi ke dalam long- term memory (materi memory/ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam pemprosesan informasi dalam memori kerja  berfokus pada bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. faktor stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks,     animasi, narasi, warna, musik, serta video. Studi tentang bagaimana informasi diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka panjang mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama dalam pendesainan multimedia  instruksional. Dalam konteks ini, desain pesan multimedia berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi.
Antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh individu tersebut (peserta didik).
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori manusia  itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpanannya untuk di pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu penyeleksian, pengorganisasian dan pengubahan terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan dicapai dari peserta didik, dalam hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). 
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah:
a.    Membimbing untuk menerima stimulus
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan diperhatikannya, ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia memiliki suatu aplikasi filterasi terhadap stimulus-stimulus yang di perhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:
·      Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang telah ditentukan.
·         Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam memori manusia.
b.   Memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat kembali informasi tersebut. Ada cara yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik. Cara ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit, pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan. Ada cara yang lain yang berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi (pengubahan) yang dihasilkan peserta didik yang disebut bantuan berbasis peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau melakukan pengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk diingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali).

c.    Memperlancar penyimpanan dan retrival
Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa: irama bunyi,sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.
C.   KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1.    pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
2.    Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
3.    Ada 3 tahapan pemprosesan informasi dalam memori yaitu, encoding (proses dan penggabungan informasi yang diterima), storage (penyimpanan), dan retrieval (mengingat kembali informasi yang telah disimpan).
4.    Terdapat tiga tahapan belajar dalam teori pengolahan informasi, yaitu Perhatian ke stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.
5.    Dengan adanya pengorganisasian informasi atau pengetahuan akan memudahkan individu untuk menjalani proses pembelajaran secara maksimal sebagaimana yang diharapkan.



Terima kasih sudah berkunjung di blog kami. semoga bermanfaat.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Blog Archive

Powered by Blogger.

Ikuti Berbagi Aksara di Youtube

Blog Archive

Followers